Belajar Dari Mu’allimin, Pesantren Tertua Muhammadiyah

Rangkaian study tour MBS Trenggalek ke Jawa Tengah menyelipkan satu agenda terpenting, yaitu belajar tentang pengelolaan pesantren kep...

Rangkaian study tour MBS Trenggalek ke Jawa Tengah menyelipkan satu agenda terpenting, yaitu belajar tentang pengelolaan pesantren kepada Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Jogjakarta. Mu’allimin merupakan Pesantren yang pertama kali didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah. Maka Mu’allimin bisa dikatakan sebagai Pesantren tertua milik Persyarikatan Muhammadiyah. Mu’allimin berdiri 6 tahun setelah lahirnya Muhammadiyah, yakni tahun 1918.

Pada awalnya Pesantren Mu’allimin (khusus santri putra) merupakan satu kesatuan dengan Mu’allimat (khusus santri putri). Namun seiring berjalannya waktu dengan berbagai pertimbangan akhirnya Mu’allimin dan Mu’allimat dipisah pada dua tempat yang berbeda. Mu’allimin beralamat di Jl. Letjen S.Parman No.68, RW.08, Patangpuluhan, Wirobrajan, Kota Yogyakarta sedangkan mu’allimat berada di Jalan NG. II / 653 Notoprajan Yogyakarta, kurang lebih 2 KM dari Mu’allimin.

Kedatangan rombongan MBS Trenggalek langsung disambut oleh Ustadz Dedik F. Anwar, M.Pd. Pria asal Trenggalek ini adalah salah satu petinggi Mu’allimin. Saat ini ia menjabat sebagai wakil Direktur III yang membidangi Kesiswaan. “Assalamu’alaikum, Alhamdulillah selamat datang ustadz” itulah kalimat pertama yang keluar dari lisan ustadz Dedik ketika menyambut rombongan MBS Trenggalek. “mari silahkan masuk”. tuturnya dengan lembut.

Ketika rombongan mulai memasuki gedung Mu’allimin decak kagum mulai dirasakan oleh para santri MBS Trenggalek saat melihat ratusan koleksi trhopy kejuaraan yang tertata rapi di lobi gedung utama. Tidak hanya prestasi tingkat regional yang sudah dihasilkan oleh Mu’allimin, namun juga Prestasi Nasional dan Internasional. Bahkan pada tahun 2017 saja, ada 15 jenis kejuaraan tingkat internasional yang berhasil diraih oleh Mu’allimin.

Selain bertemu dengan ustadz Dedik, rombongan MBS Trenggalek juga diperkenalkan dengan ustadz Erik selaku Kepala Urusan Perkaderan, Ustadz selaku Wakil Direktur 4 dan Ananda Faiz selaku ketua PR IPM Mu’allimin yang merupakan santri kelas 5 (Aliyah kelas 2 ). Banyak hal yang bisa diepelajari oleh MBS Trenggalek dari para stake holder Mu’allimin.

Menurut ustadz Erik, Pesantren dengan tagline “sekolah kader” ini memiliki 6 jenjang perkaderan yang harus diikuti oleh seluruh santri. “Jika salah satu tidak diikuti maka santri tersebut dipastikan tidak akan naik kelas atau bahkan tidak lulus”. Tutur ustadz Erik. “Mu’allimin memang di desain sebagai Pesantren yang menyiapkan calon-calon Kader utama Persyarikatan Muhammadiyah. Jadi jenjang kaderisasinya benar-benar digarap secara ketat dan serius”. Pungkasnya. Pesantren ini adalah satu-satunya pesantren yang dikelola secara langsung oleh PP Muhammadiyah.

Melalui rumusan konsep pendidikan yang sudah dikaji secara mendalam, Mu’allimin menetapkan 5 kompetensi inti yang akan dikuasai oleh setiap santri yang belajar di sana, yaitu Kompetensi Keilmuan, Kepribadian, Kecakapan, Sosial Kemanusiaan dan Kompetensi Gerakan. “itulah lima kompetensi yang akan dikuasi oleh santri-santri Mu’allimin untuk mejadi anak panah Muhammadiyah dimanapun mereka berada”. Pungkas ustadz Dedik.

Kegiatan sillaturrohim dan berbagi ilmu antara MBS Trenggalek dan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Jogjakarta diakhiri dengan foto bersama dan pemberian oleh-oleh berupa beberapa buku Panduan penyelenggaraan Pesantren Mu’allimin. Semoga Kisah suksesmu akan segera bisa kami ikuti. Terimakasih Mu’allimin.