Oleh : Arifin “Menurut Ibnu Taimiyah, Orang tua dibedakan menjadi dua, yakni orang tua hakiki dan orang tua maknawi”. Pernyataan di at...
“Menurut Ibnu Taimiyah, Orang tua dibedakan menjadi dua, yakni orang tua hakiki dan orang tua maknawi”. Pernyataan di atas merupakan salah satu kutipan yang disampaikan oleh Ustadz Anang Wahid, Lc. (Direktur MBS Trenggalek) pada saat rapat rutin bulanan MBS (Rabu, 21/03/2018).
Apa bedanya orang tua maknawi dan orang tua hakiki? Menurut Ustadz Anang, yang dimaksud orang tua hakiki adalah mereka yang biasa disebut ayah dan ibu, yang melahirkan dan membesarkan seorang anak, yang memberi nafkah dan mendidik anak-anaknya hingga mereka tumbuh besar. Sedangkan yang dimaksud orang tua Maknawi adalah mereka yang berprofesi sebagai guru, pendidik atau ustadz baik di lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Secara kasat mata definisi diatas menunjukkan perbedaan antara orang tua hakiki dan orang tua maknawi, namun jika dilihat dari sudut pandang tugas dan tanggung jawab, keduanya memiliki kesamaan yakni mendidik dan menciptakan generasi yang kuat.
Berbicara mengenai generasi (anak), ustadz Anang mengutip Qs. Annisa' ayat 59 yang artinya sebagai berikut:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar".
Menurut penjelasan ustadz Anang, ayat ini berpesan agar setiap orang tua jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah, atau dengan kata lain setiap orang tua harus berupaya menjadikan anak-anak mereka menjadi generasi yang kuat. Anang menambahkan bahwa ada tiga indikator generasi kuat, yaitu kuat ilmu agamanya, kuat ilmu dunianya dan kuat mentalnya.
Dalam rangka menyiapkan generasi kuat ini, para orang tua harus memaksimalkan usahanya dalam mendidik anak-anaknya. Sebelum orang tua meninggal, ia harus memastikan bahwa anak-anakya telah tumbuh menjadi generasi yang kuat. Bagi orang tua yang memiliki kemampuan mendidik sendiri anak-anaknya dirumah tentu tidak menjadi masalah yang sulit, namun faktanya tidak banyak orang tua yang mau dan mampu melakukan pekerjaan itu. Ketidakmampuan tersebut bisa beragam penyebab. Diantaranya adalah latar belakang pendidikan orang tua yang rendah dan juga tidak adanya waktu dan kesempatan karena tuntutan pekerjaan. Untuk itulah lembaga pendidikan diperlukan. Nah ketika orang tua (hakiki) memercayakan anak-anaknya untuk belajar pada sebuah lembaga pendidikan, disinilah peran orang tua (maknawi) diperlukan.
Orang tua maknawi (guru, pendidik, ustadz) memiliki tanggung jawab besar atas terciptanya generasi yang kuat. Tugas Orang tua maknawi (guru/pendidik/ustadz) bukan hanya sebatas transfer ilmu, tidak hanya sekedar menyampaikan materi secara tekstual. Orang tua maknawi dituntut untuk mendidik, mengarahkan atau mebimbing anak-anak maknawi (murid atau santri). Ketika seseorang memilih profesi sebagai guru/ustadz maka secara moral dia menyandang status sebagai orang tua (orang tua maknawi), siapapun orangnya, pria atau wanita, tua atau muda, sudah kawin atau masih lajang. Untuk itu, setiap guru atau ustadz haruslah memiliki akhlaq yang baik dan kompetensi yang mumpuni agar mampu menciptakan generasi yang kuat (kuat ilmu agamanya, ilmu umumnya dan mentalnya).
Oran tua maknawi ditutut memiliki akhlaq yang mulia, kenapa, karena mereka akan manjadi contoh, menjadi panutan atau menjadi teladan bagi anak-anak mereka di sekolah. Jika guru sering telat masuk kelas, maka jangan berharap siswanya menjadi generasi yang disiplin. Jika guru tidak tertib dalam menjalankan sholat, maka jangan berharap anak didiknya tertib. Jika guru berpakaian/berpenampilan dengan tidak menutup aurat, maka jangan salahkan jika anak didiknya menjadi anak-anak alay yang selalu mengikuti tren pakaian serba terbuka. Maka sekali lagi, seorang guru (orang tua maknawi) dituntut untuk bisa menjadi figur yang baik, mau tidak mau, suka tidak suka. Wahai orang tua maknawi, mari menjadi orang tua yang bermakna untuk anak-anak kita, menjadikan mereka generasi kuat dengan meninggikan akhlaq.
COMMENTS