Cerita menggemaskan datang dari Alessa Arroyanda Assamarqandi, santri kelas 1 MBS Trenggalek yang barus saja mengikuti Story Telling Cont...
Cerita menggemaskan datang dari Alessa Arroyanda Assamarqandi, santri kelas 1 MBS Trenggalek yang barus saja mengikuti Story Telling Contest dalam rangka Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Kisah tersebut menjelaskan tentang pengalaman Alessa yang diprotes karena saking lahapnya menjawab pertanyaan host dan mendapatkan hadiah pada perhelatan tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek.
Perhelatan FLS2N untuk kategori Story Telling, tahun ini diikuti 50 peserta dari 50 sekolah berbeda. Sementara jatah waktu untuk satu peserta sebanyak enam menit. Melihat banyaknya peserta, sepertinya panitia sudah memprediksi tentang efek jenuh yang akan mendera para peserta saat menunggu giliran tampil. Bisa dibayangkan, normalnya peserta lomba nomor urut 25 harus menunggu 2,5 jam higga sampai gilirannya tiba, apalagi yang kebagian nomor bontot (terakhir), dia harus menunggu 5 jam hingga dipanggil juri untuk tampil. Oleh sebab itu panitia menyediakan kuis di sela-sela lomba untuk mengusir kejenuhan dan membangkitkan semangat para peserta. “Berdasarkan pengalaman, peserta lomba merasa jenuh saat menunggu giliran tampil, terutama yang dapat nomor-nomor akhir”. Tutur Ratna, ketua panitia penyelenggara. “Untuk itulah kami menyela lomba dengan kuis dan bagi-bagi doorprise dengan harapan peserta lebih enjoy menunggu giliran”. Imbuh Ratna. Kuis berhadiah itu dibacakan setiap 5 peserta turun panggung. Setiap peserta yang berhasil menjawab pertanyaan, dia berhak mendapatkan satu doorprize. Diantaranya ada Al Qur’an, foodware, buku, dan beragam doorprize lainnya.
Sebenarnya panitia sudah menyediakan 50 hadiah untuk 50 peserta, namun ketika pertanyaan dilontarkan, tidak semua peserta mampu dan berani menjawab. Disinilah cerita Alessa bermula. Kecerdasan dan konfidensi santri yang mahir bermain piano itu, membuat ia diganjar seabrek hadiah pada even yang diselenggarakan di SMPN 2 Trenggalek. Hampir tiap pertanyaan dilontarkan, Alessa selalu mengacungkan tangan dan bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Sampai-sampai beberapa guru pendamping peserta yang lain melontarkan protes. “heh, mbak,,uwes to ojo panggah ngacung wae, mbok di dom liane hadiahe”. Begitu protes salah satu guru pendamping dari sekolah x seperti yang diceritakan Alessa. Setidaknya 6 hadiah jatuh ke tangan Alessa. Seandainya tidak mendapat protes, mungkin pundi-pundi hadiah Alessa akan bertambah. Terbantuknya mental baja alumni SD Muhamamdiyah 1 Trenggalek itu nampaknya tidak lepas dari sentuhan magis ustadzah Anin Mei Nuryana. Ustadzah Anin adalah guru Bahasa Inggris yang didaulat untuk melatih sekaligus mendampingi Alessa pada even FLS2N. “Lha gimana, wong yang lain tidak ada yang mengacungkan tangan, jadi ya Alessa terus yang dorong untuk ngacung, hehehe”. Tutur alumni pesantren Al Mawaddah itu sambil cekikikan.
Bagi Alessa, keikutsertaanya dalam lomba yang menguji kemampuan berbahasa inggris merupakan pengalaman perdana. Menjadi newbie pada perlombaan berskala kabupaten, dengan rival-rival yang sudah memiliki jam terbang lebih banyak tidak membuat putri dari dr. Darmaji ini merasa minder dan canggung. Meskipun belum berhasil menjadi juara, namun jika dilihat dari video performanya, nampak bahwa self confidence (rasa percaya diri) dan kemampuan bahasa Inggrisnya patut diacungi jempol. Chek videonya disini. Bahkan usai perlombaan ada salah satu juri yang mengapresiasi Alessa secara khusus. “Kamu sebenarnya bagus, tapi kalah dalam manajemen waktu”. Cerita Alessa menirukan perkataan salah satu juri. “Ndak apa-apa, jadikan pengalaman, insya Allah tahun depan menang”. Tutur Arifin, Kepala SMP MBS ketika dimintai komentar. Dwi
COMMENTS