Kajian Ramadhan 1439 H #1 : 4 Bekal Menjelang Ramadhan

mbsmu.com
Oleh : Ust. Anang Wahid Cahyono, Lc. M.H.I.
-----------------------------------------------------------
Jika ramadhan diibaratkan sebuah madrasah/perguruan tinggi ternama, maka umat islam sebagai calon santri/mahasiswanya. Santri yang ingin belajar di madarasah dan lulus dengan baik, maka ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin, menyiapkan bekal yang cukup. Sama halnya dengan ramadhan. Umat islam atau orang-orang yang beriman, jika ingin masuk ke dalam madrasah kehidupan (bulan suci ramadhan) yang sarat akan keistimewaan, maka ia pun juga harus menyiapkan diri dengan baik dan memiliki bekal yang cukup.

Agar kita dapat belajar mengarungi luasnya samudra keistimewaan ramdhan dan lulus dengan predikat dambaan yang menjadi insan muttaqin, maka setidaknya ada empat bekal yang harus kita siapkan.

1. Al- isti"dad al-ruuhiy ( bekal kesehatan spiritual/jiwa)
Artinya harus menyucikan jiwa sebelum ramadhan tiba. Ada 3 hal yang bisa kita lakukan untuk menyucikan jiwa :
a) Bersihkan hati dari penyakit hati
b) Silaturahim
c) Manfaatkan waktu sebaik-baiknya

2. Al-Isti’dad al jasadiy (bekal kesehatan jasmani)
Selain rohani (jiwa), jasmani juga perlu disiapkan untuk menghadapi bulan suci ramadhan. Jika saat ini dalam kondisi badan sehat, maka haruslah dijaga dengan pola hidup sehat, termasuk menyempatkan waktu untuk olahraga. Bagi yang saat ini tengah sakit atau divonis mengidap penyakit tertentu, seyognyanya untuk lebih berhati-hati, ikuti petunjuk dokter, jangan sampai karena melanggar anjuran dokter, penyakit kita bertambah parah, sehingga urung bisa menjalankan ibadah puasa ramadhan. Menjaga kesehatan berarti menjaga amanah kepada diri sendiri, melakukan hal-hal yang merugikan untuk diri sendiri berarti kita berkhianat terhadap amanah.

3. Al-isti’dad al-tsaqafiy (bekal ilmu)
Beramal itu harus dengan ilmu. Bekal ilmu akan membuat hidup menjadi lebh terarah. Ilmu akan menunjukkan kita tentang halal haram, apa yang boleh dan mana yang dilarang. Qul hal yastawilladzina ya’lamuuna walladzinalaaya’lamun, innama yatadzakkaru ulul albab (Qs. Az-zumar 9). Ibadahnya orang berilmu dan orang jahil (tidak berilmu) pasti berbeda. Contohnya shalat. Bagi orang berilmu, sholat memiliki banyak manfaat, tidak hanya sekedar ritual rutin harian. Sholat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Sholatnya orang berilmu akan menjaganya dari perbuatan keji dan munkar. Berbeda dengan sholatnya orang jahil. Ia hanya menjadikan sholat sebagai aktifitas harian tanpa makna. Sehingga sholatnya tidak mampu menjaganya dari perbuatan keji dan munkar. Ia sholat tapi juga maksiat.

Begitu juga dengan puasa. Puasanya orang berilmu berbeda dengan yang tidak berilmu. Orang berilmu paham, jika ibadah puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, namun juga menjaga diri dari segala hal yang membatalkan. Menjaga pandangan, menjaga lisan, menjaga hati dan juga pikiran. Sedangkan orang yang tidak berilmu, konsep yang dipahami tentang puasa ya hanya sekedar tidak makan dan tidak minum. Jika seperti itu, kambingpun bisa. Tidak ada bedanya. Maka dikatakan : kam min shooimin laisa lahumin shiyaamihi illal ju’ wal ‘athos. Banyak orang berpuasa, namun tidak mendapatkan (pelajaran/nilai) apa-apan kecuali lapar dan dahaga.

Untuk itu ibadah harus berlandaskan tiga ilmu. Ilmu tauhid, fiqh dan akhlaq. Tauhid artinya iman, artinya segala bentuk ibadah yang kita lakukan harus berlandaskan keimamanan. Fiqh berkaitan dengan tata cara ibadah. Ibadah tidak bisa dilakukan sembarangan atau semaunya sendiri, harus ada tuntunan perintah dan contoh dari nabi, termasuk bagaimana tatacara pelaksanaannya. Sedangkan akhlaq merupakan buah dari ibadah yang kita lakukan. Setiap ibadah pasti memiliki nilai yang bisa menjadikan akhlaq seseorang menjadi lebih baik. Ibnu katsir mengatakan: orang yang berilmu, tapi tidak mau beramal: maghdhub,(dimurkai) sedangkan beramal tanpa ilmu: dhoolliin.(sesat). Jadi syarata diterimanya Amal adalah Ikhlas Dan Sesuai Ilmunya.

4. Al-isti’dad al maaliy (bekal harta)
Ketika saya belajar di Mesir ada fenomena menarik yang dialami umat islam saat ramadhan tiba. Yakni mendadak dermawan. Pada bulan ini, umat islam disana berlomba-lomba untuk bersedekah, mendermakan hartanya kepada orang lain, padahal jika diluar ramadhan sikap kedermawanan mereka tidaklah Nampak (pelit). Fenomena yang terjadi tidak lepas dari pemahaman mereka tentang keistimewaan bersedekah dibulan ramadhan. Ibnu Abbas rahimahullah mengatakan:

كان رسو ل الله ص م أجود الناس, و كان أجود ما يكون فى رمضان حين يلقاه جبريل¸و كان يلقاه فى كل ليلة من رمضان, فيدارسه القران, فالرسول صم, أجود بالخير من الريح المرسلة

Artinya : ….Rasulullah saw dalah manusia yang paling dermawan, dan menjadi sangat dermawan di bulan Ramadhan.

Apa alasan sedekah di bulan ramadhan sangat diutamakan:
1. Pahala berlipat ganda, bahkan kali 10
2. Pahala yang di dapat seperti pahala orang yang di sedekahi
3. Menyandinkan puasa dan sedekah,merupakan sebab dimudahkan masuk surga