mbsmu.com Oleh : Ust. Anang Wahid Cahyono, Lc. M.H.I. Assalamu'alaikum Wr.Wb. Allah swt berfirman : إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِه...
Oleh : Ust. Anang Wahid Cahyono, Lc. M.H.I.
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Allah swt berfirman :
إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً -٩-
"Sungguh, al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang Mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar". (QS al-Isro’)
Saudaraku yang dimuliakan Allah SWT!
Termasuk nikmat Allah swt., Dia menurunkan al-Qur’an kepada umat manusia. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan sebelum al-Qur’an diturunkan ke alam dunia. Betapa manusia di muka bumi ini berada dalam kegelapan. Terkhusus di semenanjung jazirah Arab. Kekacauan dimana-mana, perilaku syirik, kemaksiatan, dan kebobrokan moral merajalela.
Sesuai dengan tujuan diturunkannya al-Qur’an, yaitu sebagai hudan atau petunjuk, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti ketentuan yang memberi arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan, berarti juga nasihat dan ajaran, maka dalam kurun kurang lebih 23 tahun fase turunnya al-Qur’an, terjadi metamorfosis yang luar biasa pada kehidupan manusia, khususnya di semenanjung jazirah arab, tempat al-Qur’an diturunkan. Permusuhan berubah menjadi persaudaraan, saling benci berubah menjadi saling cinta, kebiasaan menghilangkan nyawa orang lain dengan tanpa alasan yang dibenarkan berubah menjadi saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Al-Qur’an yang dalam definisinya adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Jibril as, dengan jalan yang mutawattir (kuat), dan bernilai ibadah dengan membacanya, merupakan mukjizat terbesar dalam sepanjang sejarah umat manusia. Mukjizat-mukjizat lain yang diberikan kepada rasul dan nabi sebelumnya, bersifat temporal, musnah bersama wafatnya nabi atau rasul yang diberikan kepadanya mukjizat.
Al Qur'an diturunkan ke langit pertama dari lauh mahfud di bulan Ramadhan, sehingga menjadikan Ramadhan bulan paling mulia diantara bulan-bulan yang lain, menjadikan malam turunnya, sebagai malam yang paling mulia diantara malam-malam lainnya, beribadah di dalamnya seperti pahala ibadah 1000 bulan, kemudian turun secara berangsur (munajjaman) ke alam dunia, hingga Rasulullah saw. wafat, kurang lebih dalam kurum 23 tahun. (lihat al-Burhan fi ulum al-Qur’an: al-Zarkasyi)
Membaca setiap huruf dari ayat al-Qur’an al-qur’an, akan dibalas dengan 10 kebaikan, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut dilipatkan menjadi sepuluh kali, aku tidak berkata: alif laam miim satu huruf, akan tetapi alih satu huruf, lam satu huruf,dan mim satu huruf”.( HR. Al-Tirmidzi 2835)
Bagi yang lancar dan fasih membacanya, akan selalu disertai oleh malaikat-malaikat yang mulia. Rasulullah bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ
"Orang yang membaca al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya , maka ia akan dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti". (HR Muslim)
Bahkan yang belum lancar, dan dia membaca dengan blekak-blekuk (terbata-bata), Allah swt. masih berikan kepadanya pahala:
وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
"Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an dan ia masih terbata-bata, dan masih berat (belum fasih) dalam membacanya, maka baginya dua pahala". (HR Muslim 1329)
Bagi yang mentadabburi maknanya, Allah akan berikan kebaikan-kebaikan seperti yang telah kita bahas di tulisan sebelumnya (lihat judul : “chek hati anda di 3 tempat ini”) . syaikh Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar mengatakan, bahwa tadabbur al-Qur’an merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari membaca al-Qur’an, oleh karenanya, beliau menegaskan bahwa, orang yang membaca al-Qur’an dan tidak berisa memahami maknanya, “faqad ahaanallah” artinya :dia telah menghina/tidak menghargai Allah swt. karena ayat hanya dibaca, tanpa difahami maksudnya. (lihat tafsir al-Manar)
Setelah al-Qur’an dibaca dan difahami, maka si pembaca akan mulai mengetahui untuk apa al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia. Allah SWT berfirman:
إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً -٩-
“Sungguh, al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang Mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar". (QS al-Isro’ 9)
Petunjuk atau hidayah ada 2 macam: hidayah dilalah dan hidayah ma’unah. Ada perintah dan larangan dalam al-Qur’an, itulah hidayah dilalah. Sedangkan reaksi pembacanya yaitu berupa ketaatan kepada perintah merupakan hidayah ma’unah dari Allah swt.
Al-Qur’an merupakan hidayah dilalah bagi seluruh umat manusia. Ibarat trafic light dengan lampu merah, kuning dan hijaunya. Setiap pengendara tentu telah mengetahui apa maksud lampu-lampu tersebut (dilalah). Ada yang taat (ma’unah) dan tidak sedikit yang melanggar (hanya mendapat dilalah saja, tanpa ma’unah).
Dalam al-Qur’an terdapat perintah shalat, puasa, zakat, haji dan perintah-perintah lainnya yang disebut dengan amal shalih, di dalamnya terdapat pula larangan-larangan seperti zina, memakan hak milik orang lain, makan riba, membunuh dan lain lain, yang disebut sebagai maksiat. Maka al-Qur’an menjadi busyro (kabar gembira) bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Beriman berarti memurnikan keyakinan kepada Allah swt, sedangkan amal shalih adalah implementasi dari keyakinan tersebut. Allah swt. berfirman:
وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً -٩.........
"......dan memberi kabar gembira kepada orang Mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar". (QS al-Isro’)
Sebaliknya, Al-Qur’an akan menjadi indzar (peringatan) bagi orang-orang yang tidak serius mempelajarinya. Ketidakseriusan mempelajari al-Qur’an berakibat kepada menjauhnya seorang hamba dari Rabb-Nya, hatinya semakin keras, karena Pesan-pesan Allah tidak sampai kepada telinga dan hatinya. Wal hasil, kehidupannya akan menderita dunia dan akhirat. Allah berfirman:
وأَنَّ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً -١٠-
"Dan bahwa orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami Sediakan bagi mereka azab yang pedih". (al-Isra’ 10)
Semoga Allah tanamkan kecintaan kita, anak keturunan kita dan seluruh keluarga kita kepada al-Qur’an. Allahummaj’alil qur’ana rabi’a qulubina...aamiin
wallahul musta’aan
Ust. Anang Wahid Cahyono, Lc. M.H.I.
- Alumni Al Azhar Cairo - Mesir
- Alumni Ponpes Arrisalah - Ponorogo
- Direktur MBS Trenggalek
- Wakil Ketua PDM Trenggalek
- Dosen Syari'ah IAIN Tulungagung
- Wakil Ketua PDM Trenggalek
- Dosen Syari'ah IAIN Tulungagung
COMMENTS