Mendidik Dengan Keteladanan

Materi Kajian rutin Jum'at Siang Dewan Asatidz MBS Trenggalek, 2 November 2018. Oleh :  Rohmat ( Ketua PDM Trenggalek ) Kete...
Mendidik Dengan Keteladanan
Materi Kajian rutin Jum'at Siang Dewan Asatidz MBS Trenggalek, 2 November 2018.
Oleh :  Rohmat ( Ketua PDM Trenggalek )

Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya  akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi, maupun spiritual. Meskipun anak berpotensi besar untuk meraih sifat-sifat baik dan menerima dasar-dasar pendidikan yang mulia, ia akan jauh dari kenyataan positif dan terpuji jika dengan kedua matanya ia melihat langsung pendidikan yang tidak bermoral. Memang yang mudah bagi pendidik  adalah mengajarkan berbagai teori pendidikan kepada anak, sedang yang sulit bagi anak adalah mempraktekkan teori tersebut jika orang yang mengajar dan mendidiknya tidak pernah melakukannya atau perbuatannya tidak sesuai dengan ucapannya.

1.    Landasan Teologis tentang Keteladanan.
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan yang sumbernya berada di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dalam Al-Qur’an banyak mengandung metode pendidikan yang dapat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muslimin untuk membuka hati manusia agar dapat menerima petunjuk Ilahi dan kebudayaan Islam. Di antara metode-metode itu yang paling penting dan paling menonjol adalah mendidik dengan memberikan keteladanan berdasarkan Al-Qur’an Surah Al Ahzab : 21 :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

Dalam ayat lain juga disebutkan dalam serangkaian doa:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Mereka berdoa: wahai Tuhan kami berikanlah kepada kami keluarga dari turunan yang menjadi cahaya mata (menyenangkan hati), jadikanlah kamil teladan (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Furqon: 74).

2.    Landasan Psikologis tentang Keteladanan
Secara psikologis manusia butuh akan teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa yang disebut juga dengan taqlid. Pada dasarnya peniruan itu mempunyai tiga unsur, yaitu:
a.   Keinginan atau dorongan untuk meniru
b.   Kesiapan untuk meniru
c.    Tujuan meniru.

Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan uraian ketiga unsur tersebut :
a.   Keinginan atau Dorongan Untuk Meniru
Pada diri anak atau pemuda ada keinginan halus yang tidak disadari untuk meniru orang yang dikagum  (idola) di dalam berbicara, bergaul, tingkah laku, bahkan gaya hidup mereka sehari-hari tanpa disengaja. Peniruan semacam ini tidak hanyal terarah pada tingkah laku yang baik saja, akan tetapi juga mengarah pada tingkah laku yang kurang baik. Seperti contoh: akhir-akhir ini ada kejadian gara-gara ingin kuat dan gagah seperti pegulat idola mereka di “Smack Down” yang disiarkan oleh salah satu TV swasta,  banyak anak menjadi korban. Mulai cidera, patah tulang, hingga ada yang meninggal. Oleh karena itu, orang tua, pendidik, pemimpin, dituntut selalu membimbing (memberi teladan) bagi anaknya, anak didiknya, bagi orang yang dipimpinnya. Bagaimana jadinya, jika para orang tua, pendidik, pemimpin tidak bisa menjadi panutan bagi anak, anak didiknya, ummatnya. Dalam hal ini Allah SWTberfirman:

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ (67)
رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا (68)

“Dan mereka berkata : ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-  pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (Al-Ahzab: 67-68).


b.   Kesiapan Untuk Meniru.
Setiap tahapan usia mempunyai kesiapan dan potensi untuk meniru. Karena itu Islam tidak mewajibkan bagi anak kecil untuk melaksanakan sholat sebelum mencapai usia 7 tahun (baligh), tetapi tidak melarang anak untuk meniru gerakan-gerakan sholat yang pernah ia lihat ataupun bacaan dalam sholat. Pada prinsipnya, orang tua, guru, pemimpin harus mempertimbangkan potensi anak sewaktu kita akan mengarahkan atau membimbing mereka. Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Ayat yang menerangkan hal tersebut adalah :

لاَ يُكَلِّفُ الله نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَت

“Alloh tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai denga kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (Al-Baqoroh : 286).

Salah satu contoh yang melahirkan kesiapan manusia untuk meniru, adalah situasi masa. Dalam keadaan atau kondisi krisis karena adanya suatu bencana, orang berusaha mencari jalan keluar untuk melepaskan diri dari krisis yang menimpanya. Pada saat itulah manusia butuh pemimpin yang dipandang mampu dan dapat ditiru dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Biasanya orang yang ditiru adalah orang yang mempunyai pengaruh, orang yang dipimpin akan meniru pemimpinnya, anak meniru orang tuanya, murid akan meniru gurunya.

c.    Tujuan Untuk Meniru.
Terkait dengan tujuan meniru  sebuah konsep riil dari  Allah SWT dalam firman-Nya:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى الله عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
 وَسُبْحَانَ الله وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik”. (Qs. Yusuf :108)

3.    Landasan Yuridis
Adalah dasar pelaksanaan yang berasal dari perundang-undangan pemerintah yang dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaannya. Sebagaimana yang tercantum pada Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada Bab III pasal (4) ayat (4) yang berbunyi: “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran”

4.    Keteladanan Dalam Pendidikan
Dalam dunia  pendidikan banyak ditemukan keragaman bagaimana cara mendidik atau membimbing anak, siswa dalam proses pembelajaran formal maupun non formal (masyarakat). Namun yang terpenting adalah bagaimana orang tua, guru, ataupun pemimpin untuk menanamkan rasa iman, rasa cinta pada Allah, rasa nikmatnya beribadah shalat, puasa, rasa hormat dan patuh kepada orang tua, saling menghormati atau menghargai sesama dan lain sebagainya. Dalam pendidikan Islam konsep keteladanan yang dapat dijadikan sebagai cermin dan model dalam pembentukan    kepribadian seorang muslim adalah ketauladanan yang di contohkan oleh Rasulullah. Rasulullah mampu mengekspresikan kebenaran, kebajikan, kelurusan, dan ketinggian pada akhlaknya. Dalam keadaan seperti sedih, gembira, dan lain-lain yang bersifat fisik, beliau senantiasa menahan diri. Bila ada hal   yang menyenangkan beliau hanya tersenyum. Bila tertawa, beliau  tidak terbahak-bahak. Diceritakan dari Jabir bin Samurah: “beliau tidak tertawa, kecuali tersenyum.” Jika menghadapi sesuatu yang menyedihkan, beliau menyembunyikannya serta menahan amarah. Jika kesedihannya  terus bertambah beliau pun tidak mengubah tabiatnya, yang penuh kemuliaan dan kebajikan.

Kesimpulan

Keteladanan memiliki azas pendidikan sebagai berikut:
a.    Pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Alloh. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan di hadapan anak didiknya. Karena sedikit banyak anak didik akan meniru apa yang dilakukan pendidiknya (guru) sebagaimana pepatah jawa “guru adalah orang yang digugu dan ditiru”. Sehingga prilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak didik merupakan tuntutan realistis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunnah.
b.    Sesungguhnya Islam telah menjadikan kepribadian Rasulullah SAW sebagai teladan abadi dan aktual bagi pendidikan Islam. Dan dalam penerapan pendidikan Islam,hendaknya mencontoh pribadi Rasulullah SAW dan beliau-beliau yang dianggap representatif. Sebagaimana telah difirmankan dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الله أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الله وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ الله كَثِيرًا (21)

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Alloh dan hari akhir dan dia banyak mengingat Alloh”. (Al-Ahzab: 21).

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

 “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan beliau”. (Al-Mumtahinah: ayat 4).

Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa keteladanan itu selalu dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan tak terkecuali dalam pendidikan. mbsmu.com



COMMENTS

Name

Aksi,84,Artikel Pendidikan,11,Informasi,39,Kabar Persyarikatan,26,Kajian,33,Prestasi,34,Tahukah Kamu?,21,
ltr
item
MBS TRENGGALEK: Mendidik Dengan Keteladanan
Mendidik Dengan Keteladanan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQLyViQ3EewA9IKuxzXbVfMMd7Wf8yHp4UGYmTIBNdoRq9AsQTtmJoYmul3_J6l8eAyHtLb15vJExl-uVo69VQJXLN5pDmepfHPKEmzFXoWGPgY1nQdxRB9cW7e8dqSgxKgDBr9h2yqZM/s1600/Drs.+H.+Rohmat%252C+MM..jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQLyViQ3EewA9IKuxzXbVfMMd7Wf8yHp4UGYmTIBNdoRq9AsQTtmJoYmul3_J6l8eAyHtLb15vJExl-uVo69VQJXLN5pDmepfHPKEmzFXoWGPgY1nQdxRB9cW7e8dqSgxKgDBr9h2yqZM/s72-c/Drs.+H.+Rohmat%252C+MM..jpeg
MBS TRENGGALEK
https://www.mbsmu.com/2018/11/mendidik-dengan-keteladanan.html
https://www.mbsmu.com/
https://www.mbsmu.com/
https://www.mbsmu.com/2018/11/mendidik-dengan-keteladanan.html
true
120059883317363549
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content