Siswi Kelas X MA Muhammadiyah Trenggalek membuat Sabun Cuci Piring dari Minyak Jelantah/ foto: Pipit |
Dalam rangka menerapkan Prinsip Kimia Hijau, siswa kelas 4/X Putri MA Muhammadiyah (MAM) Trenggalek merancang Proyek Pengolahan Limbah Minyak Jelantah menjadi Sabun Cuci Piring dan Lilin Aroma Terapi pada hari Kamis dan Jumat, (21- 22/9/23).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di halaman Muhammadiyah Boarding School (MBS)
Trenggalek bersama Pipit Rachmawati S.Pd selaku Guru Kimia MAM Trenggalek. Model
pembelajaran yang diterapkan dalam
proyek ini yaitu Project Based Learning
(PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran ini merupakan
salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam Kurikulum
Merdeka, karena mendorong peserta didik terlibat aktif dalam penguasaan
pengetahuan dan keterampilan melalui pembuatan produk nyata. Selain itu, dengan
kegiatan tersebut diharapkan peserta didik lebih peduli terhadap permasalahan
lingkungan di sekitar dan memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
Pipit Rachmawati, menerangkan dengan adanya PjBL peserta didik dapat lebih aktif dan peduli
terhadap lingkungan.
“Dengan pembelajaran ini, peserta didik akan lebih aktif dan
peduli terhadap permasalahan lingkungan dengan merancang solusi aksi nyata. Proyek
ini juga sesuai, karena mereka mencarikan solusi untuk lingkungan sekitar,” jelasnya.
Dalam topik 12 Prinsip Kimia Hijau, lanjutnya, kali ini kami
mengambil topik "Mencegah Timbulnya Limbah dalam Proses". Peserta didik diminta untuk merancang aksi
nyata berupa solusi pencegahan atau pengolahan limbah menjadi produk yang lebih
bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.
Berdasarkan observasi di lingkungan pondok pesantren, dimana
rutinitas sehari-harinya menghasilkan limbah minyak jelantah dari dapur, maka
siswa MAM Trenggalek berinisiatif untuk mengolah limbah minyak jelantah menjadi
produk sabun cuci piring dan lilin aromaterapi.
Lilin Aroma Terapi Karya Siswa Kelas X MA Muhammadiyah Trenggalek/ foto: Pipit |
“Saya gunakan pendekatan berdiferensiasi dalam pengerjaan
proyek ini. Sebelum melakukan praktek, saya menyebarkan angket gaya belajar,
kemudian saya analisis gaya belajar mereka, kemudian saya kelompokkan
berdasarkan gaya belajarnya. Nantinya, tiap kelompok akan menghasilkan produk akhir
sesuai gaya belajar mereka,” tuturnya.
Setelah peserta didik melakukan praktik, hasil akhirnya bagi
kelompok dengan gaya belajar visual membuat poster. Gaya belajar kinestetik
membuat video eksperimen, dan gaya belajar auditori membuat podcast.
“Saya berharap peserta didik dapat termotivasi dan
bersemangat dalam belajar. Selain itu, mereka dapat mengembangkan potensi dan bakatnya
yang telah disesuaikan dengan gaya belajar mereka”, tandas Pipit. Tim Redaksi
COMMENTS