Santri MBS Trenggalek mempraktikkan cara mencanting/ foto: Aspuri |
Dilaksanakan di halaman Pondok Pesantren Modern (PPM) Muhammadiyah Boarding School (MBS) Trenggalek bersama dewan guru pengampu P5. Bunga Putri Andarweni, S.Pd, koordinator P5 kelas VII-Putri menjelaskan, pada semester genap (2023/2024) ini kelas VII mengambil tema P5 tentang “Kearifan Lokal”.
“Untuk P5 semester ini, kita mengambil tema kearifan budaya daerah setempat, yaitu membatik dengan sentuhan adat daerah kita, Trenggalek. Dengan sedikit mengambil simbol khas Trenggalek, seperti cengkeh, manggis dan lain-lain. Harapannya, melalui kegiatan membatik ini anak-anak dapat belajar tentang budaya daerah yang berkaitan dengan seni kriya tekstil. Selain itu anak-anak berlatih sabar, telaten, dan fokus dan mengerjakan sesuatu,” jelasnya.
Ustadzah Bunga (kerudung pink) sedang menjelaskan langkah-langkah mencanting/ foto: Candra |
“Sebelum praktik membatik langsung seperti ini, kita (para pengampu P5) sudah menjelaskan proses membatik kepada anak-anak. Kali ini kita membatik untuk telapak meja. Proses desainnya satu kali pertemuan, proses mencanting dua kali pertemuan, proses pewarnaan kain satu kali pertemuan, dan melorot malam satu kali pertemuan,” paparnya.
Alat yang digunakan, lanjutnya, canting ukuran tiga dan kompor elektrik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu malam kuning, pewarna tekstil, remasol, dan waterglass untuk pengunci warna.
Pendampingan membatik bersama Ustadzah Anggi/ foto: Candra |
“Tingkat keberhasil mencanting malam pada kain itu, yang pertama malam harus tembus dari sisi depan hingga belakang kain. Agar ketika proses pewarnaan malam atau lilin tersebut tidak pecah sehingga garis cantingan atau motif batik tersebut terlihat utuh,” ujarnya.
“Tips agar hasil canting baik, perlu memperhatikan malam dengan kekentalan yang pas, jadi kompor jangan terlalu panas. Pilih ukuran canting yang tepat agar motif batik dapat terlihat dengan jelas,” tandas Bunga. [Tim Redaksi]
COMMENTS