Thoriqul Azzam, santri MBS Trenggalek sedang praktik Khitobah/ foto: Alfian |
Mujiarto, M.Pd.I selaku Wakil Direktur Bidang Kurikulum MBS
Trenggalek, menjelaskan tentang SARIMA dan tujuan diadakannya SARIMA.
“SARIMA itu artinya Santri Rihlah Ramadhan. Kegiatan santri di bulan
Ramadhan tahun ini dalam rangka bakti kepada masyarakat dengan menjadi imam tarawih dan witir serta muballigh
di masjid dan mushalla di luar pondok,” tuturnya.
“Tujuan diadakannya SARIMA, pertama, untuk melatih santri
dalam menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dari pondok tentang tahfidz dan
muhadarah. Ilmu tersebut akan ditampilkan di masyarakat nyata yang bukan
lingkungan pondok. Kedua, untuk ikut berperan bakti kepada masyarakat dari MBS
dalam dakwah di bulan ramadhan,” lanjut Ustadz Muji, panggilan akarabnya.
Santri yang diterjunkan untuk kegiatan Santri Rihlah
Ramadhan ini yakni kelas 4 dan 5 (X dan XI) MA Muhammadiyah Trenggalek. Mujiarto menungkapkan, santri kelas 4 dan 5
ini secara mental dan penguasaan materi sudah mumpuni untuk terjun ke
masyarakat.
“Secara mental dan penguasaan materi kelas 4 dan 5 lebih
mumpuni. Jadi, ketika tampil dan disuguhkan ke masyarakat, mereka sudah matang dan
sudah siap dalam mengemban amanah dan misi dari SARIMA,” ungkap Kepala MA Muhammadiyah Trenggalek itu.
Mujiarto juga berharap, dari program Santri Rihlah Ramadhan
ini, santri dapat mengembangkan diri di dunia nyata dan siap terjun di
masyarakat setelah santri lulus dari MBS Trenggalek.
“Harapan saya, semoga program ini menjadi sarana
pengembangan diri para santri di dunia nyata. Sehingga ketika mereka lulus dan
kembali kepada masyarakat umum, mereka sudah siap dengam segala sesuatunya. Dan juga untuk sarana menunjukkan pada
masyarakat hasil yang diperoleh dari belajar di dunia pondok, supaya mayoritas
menitipkan anaknya untuk belajar di pondok pesantren,” harapnya. [Tim Redaksi]
COMMENTS