Ustadz Anang Wahid Cahyono, Lc., M.HI sedang menyampaikan tausiyah di acara Munaqosyah Tahfidzul Qur'an MBS Trenggalek/ foto: Dok.
Ustadz Anang Wahid
Cahyono, Lc., M.HI., selaku Direktur Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding
School (MBS) Trenggalek, memberikan tausiah inspiratif pada kegiatan Munaqosyah
Tahfidzul Qur’an MBS Trenggalek Tahun 2024 yang diselenggarakan di Pondok
Tahfidz MBS Trenggalek, Pogalan pada hari Ahad, (26/5/24). Dalam tausiahnya,
beliau menggarisbawahi pentingnya peran orang tua dalam membiasakan anak-anak
mereka untuk hidup dalam perjuangan.
"Orang tua yang
cerdas adalah orang tua yang membiasakan anaknya untuk hidup dalam
perjuangan," kata Ustadz Anang kepada para hadirin yang memenuhi halaman
Pondok Tahfidz MBS Trenggalek.. Ia kemudian mengutip firman Allah SWT dalam
surat Ibrahim ayat 37, yang berbunyi:
"Rabbanā innī
askantu min żurriyyatī biwādin gairi żī zar'in 'inda baitikal-muḥarrami rabbanā
liyuqīmuṣ-ṣalāta faj'al af`idatam minan-nāsi tahwī ilaihim warzuq-hum minaṡ-ṡamarāti
la'allahum yasykurụn."
Yang artinya: "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
Ustadz Anang
menjelaskan, sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, Nabi Ibrahim ‘alaihissalām
adalah salah satu contoh orang tua yang paling sukses dalam mendidik
anak-anaknya. Beliau menambahkan, bahwa Rasulullah SAW sering menceritakan
bagaimana Nabi Ibrahim mendidik Ismail dan Ishaq, terutama Ismail ‘alaihissalām.
"Kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa orang tua yang cerdas itu adalah orang tua yang
telah membiasakan kepada anak-anaknya betapa beratnya perjuangan. Membiasakan
hidup tidak enak, hidup serba keprihatinan dengan perjuangan, susah, dan
tirakat. Itu orang tua yang cerdas," ujar Ustadz Anang dengan tegas.
Lebih lanjut, Ustadz
Anang menegaskan pula bahwa kebalikan dari orang tua yang cerdas adalah mereka
yang selalu memberikan fasilitas apapun yang diinginkan anak-anak mereka,
memberikan kebebasan, dan keleluasaan untuk berbuat segala hal.
"Orang tua yang kurang
cerdas adalah orang tua yang senantiasa memberikan fasilitas apa yang
diinginkan anak, memberikan kepada anak-anak itu kebebasan, memberikan kepada
anak-anak itu keleluasaan untuk berbuat segala sesuatu," tegasnya.
Beliau mencontohkan
bagaimana Nabi Ibrahim membawa Ismail ke tempat yang tidak ada kehidupan,
tanaman, bahkan air. Tempat yang gersang dan tandus itu menjadi tempat tumbuh
kembang Nabi Ismail dengan fasilitas yang minim. Pendidikan yang penuh
perjuangan dan keprihatinan ini, menurut Ustadz Anang, bisa diibaratkan dengan
kehidupan di pondok pesantren saat ini.
"Di pondok
pesantren, anak-anak kita tidak memegang HP, tidak bisa naik motor
kesana-kemari, dan hanya berkutat di pondok dua puluh empat jam kali sekian
tahun. Artinya, bapak ibu, panjenengan semuanya yang hari ini rawuh di sini
InsyaAllah njenengan itu penerus-penerus Nabi Ibrahim ‘alaihissalām. Yang
bapak-bapak Nabi Ibrahim dan ibu-ibu Siti Hajar," tuturnya.
Ustadz Anang menekankan
bahwa pendidikan di pondok pesantren, yang penuh dengan keterbatasan dan
disiplin, mengajarkan anak-anak untuk hidup mandiri dan kuat dalam menghadapi
tantangan hidup. Ini sejalan dengan pendidikan yang diberikan Nabi Ibrahim
kepada Ismail, yang tumbuh di lingkungan yang keras dan penuh perjuangan.
Mengakhiri tausiahnya,
Ustadz Anang menegaskan bahwa orang tua yang cerdas adalah mereka yang
menanamkan kepada anak-anak mereka betapa pentingnya perjuangan dalam hidup.
"Maka hari ini
InsyaAllah tidak ada tanah yang tandus, ada air, ada tetumbuhan. Tetapi kalau
boleh kita kiaskan, tempat yang tandus yang waktu itu menjadi tempat tumbuh
kembangnya Nabi Ismail, itu saya kira tidak jauh beda dengan pondok
pesantren," jelas Ustadz Anang. "Dengan begitu, anak-anak kita akan
tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan berakhlak mulia," tambahnya.
Pesan yang disampaikan
Ustadz Anang Wahid Cahyono di acara tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi
bagi para orang tua untuk terus mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai
perjuangan dan keprihatinan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalām.
[Tim Redaksi]
COMMENTS