Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Trenggalek adalah pesantren
Muhammadiyah pertama di Kabupaten Trenggalek – Jawa Timur. MBS Trenggalek
secara resmi berdiri pada tanggal 16 Juli 2016. Pesantren yang berlokasi di
Jalan Ronggo Warsito No. 4 Kelurahan Sumbergedong Kecamatan Trenggalek ini
merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Trenggalek. Secara legal formal, MBS Trenggalek merupakan amal usaha
milik Muhammadiyah.
Menempati lahan
seluas 1.500 m2, MBS Trenggalek kini telah dihuni 126 santri yang
tidak hanya berasal dari Kabupaten Trenggalek. Mereka (santri-red) hadir
dari beberapa wilayah di Jawa Timur seperi Tulungagung, Sidoarjo, Blitar, Batu dan
juga Pacitan, bahkan beberapa santri datang dari luar jawa Timur seperti Tangerang, Batam dan Balikpapan.
Sambutan masyarakat atas hadirnya MBS Trenggalek nampak sangat menggembirakan.
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Trenggalek sebagai inisiator berdirinya ma’had MBS
Trenggalek sangat serius dalam menyiapkan perangkat pendidikan, baik dari sisi
sumberdaya manusia maupun sarana dan prasarananya. Sebagai lembaga pendidikan
berbasis pesantren, MBS Trenggalek tentu secara ideal harus digawangi
oleh alumni Pondok Pesantren yang kompeten. Untuk itu PDM Trenggalek
secara langsung menunjuk Ustadz Anang Wahid Cahyono, Lc. M.HI. sebagai
Direktur. Ustadz Anang adalah salah satu wakil ketua PDM Trenggalek. Pria
Kelahiran Trenggalek 36 tahun silam ini merupakan alumnus Universitas Al Azhar
– Kairo, Mesir. Saat ini, Ustadz Anang menjadi da’i nomor wahid
dilingkup persyarikatan Muhammadiyah Trenggalek.
Selain Ustadz Anang Pesantren MBS Trenggalek juga diasuh oleh Ustadz Rifa’i, S.Ag. M.Pd.I. Pria asal Ngawi itu adalah alumni Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Ditambah lagi ustadz Alfian Safroni, S.Sos.I. dan Ustadz Aji Cahyo Kusumo jebolan Pesantren Walisongo – Ponorogo. Selain kurikulum ke-pesantrenan, MBS Trenggalek juga menerapkan kurikulum ke-dinasan. Untuk itu MBS Trenggalek juga menyelenggarakan pendidikan formal tingkat dasar yakni SMP Muhammadiyah 1 Trenggalek.
Bentuk keseriusan PDM Trenggalek dalam mengelola MBS juga nampak dari pola rekrutmen para pendidik yang akan menangani kurikulum ke-dinasan. Mereka (para pendidik-red) yang akan diterima sebagai guru di SMP Muhammadiyah harus mengikuti serangkaian tes atau uji kompetensi. Diantara tes yang harus diikuti oleh calon pendidik, adalah tes akademik, psikotes, tes micro teaching, baca tulis al qur’an, praktek ibadah dan tes wawancara untuk mengukur keseriusan calon pendidik.
Selain Ustadz Anang Pesantren MBS Trenggalek juga diasuh oleh Ustadz Rifa’i, S.Ag. M.Pd.I. Pria asal Ngawi itu adalah alumni Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Ditambah lagi ustadz Alfian Safroni, S.Sos.I. dan Ustadz Aji Cahyo Kusumo jebolan Pesantren Walisongo – Ponorogo. Selain kurikulum ke-pesantrenan, MBS Trenggalek juga menerapkan kurikulum ke-dinasan. Untuk itu MBS Trenggalek juga menyelenggarakan pendidikan formal tingkat dasar yakni SMP Muhammadiyah 1 Trenggalek.
Bentuk keseriusan PDM Trenggalek dalam mengelola MBS juga nampak dari pola rekrutmen para pendidik yang akan menangani kurikulum ke-dinasan. Mereka (para pendidik-red) yang akan diterima sebagai guru di SMP Muhammadiyah harus mengikuti serangkaian tes atau uji kompetensi. Diantara tes yang harus diikuti oleh calon pendidik, adalah tes akademik, psikotes, tes micro teaching, baca tulis al qur’an, praktek ibadah dan tes wawancara untuk mengukur keseriusan calon pendidik.
Sebagai lembaga
pendidikan di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah, MBS Trenggalek memiliki tanggung jawab melaksanakan proses kaderisasi. Oleh sebab itu santri-santri MBS Trenggalek tidak hanya dididik untuk
siap menjadi kader Islam dan kader Bangsa namun juga kader Persyarikatan. Dalam rangka menyukseskan program kaderisasi tersebut, PDM Trenggalek menunjuk
Ustadz Arifin, S.Pd.I.M.Pd. sebagai kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1
Trenggalek. Jika dilihat rekam jejaknya, lulusan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo itu sepertinya layak untuk menjadi penjaga gawang perkaderan. Arifin
adalah mantan ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM )
Trenggalek dua periode. Pria kelahiran Tugu, 29 Tahun yang lalu itu sudah
berkiprah di IPM sejak masih duduk di kelas 2 MTs. Saat ini, Arifin menjabat
sebagai sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Trenggalek, Sekretaris
Majelis Pendidikan Kader dan Sekretaris Eksekutif PDM Trenggalek.
MBS Trenggalek
didesain untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pendidikan terintegrasi.
Pendidikan yang memadukan konsep pembentukan karakter dan intelektualisme.
Tidak dipungkiri bahwa kondisi remaja saat ini tengah berada dalam pusaran
budaya serba bebas, serba boleh yang mengakibatkan munculnya fenomena nirnalar
dan niretika. Fenomena pelecehan murid terhadap guru, hilangnya adap
kesantuan, baik bahasa maupun perilaku menjadi masalah serius bangsa ini.
Indonesia yang terkenal dengan tingginya nilai budaya sepertinya sedikit demi
sedikit mulai terduksi dengan rendahnya moralitas anak mudanya. Untuk itulah
pembenahan serius dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan.
Masyarakat tentu
berharap adanya gebrakaan spektakuler dari pemangku kebijakan untuk mengembalikan
moralitas bangsa ini melalui pendidikan. Namun jika dilihat dari banyaknya
faktor yang mempengaruhi, nampaknya hal itu sangat sulit diwujudkan. Anak-anak
remaja sudah kadung gandrung dengan idola mereka. Idola yang sengaja diciptakan
untuk menghancurkan akhlaq bangsa ini. Tayangan televisi yang tidak mendidik yang didominasi tontonan pola hidup hedonis, tren mode berpakaian serba terbuka dan adegan-adegan percintaan selalu menghiasi layar kaca dan dikonsumsi setiap hari oleh anak-anak remaja. Selain itu yang lebih masif dan punya dampak lebih mengkhawatirkan adalah banyaknya informasi non sensor (pornografi, pornoaksi dan kekerasan) yang beredar luas melalui media sosial, dimana hampir setiap remaja bisa dengan leluasa mengakses melalui smartphone mereka.
Dua hal diatas setidaknya menjadi faktor utama hancurnya moralitas bangsa ini. Pendidikan umum rasa-rasanya tidak cukup kuat untuk menjadi tameng moral dan aqidah bagi anak-anak remaja. Jika orang tua tidak menyadari hal itu, maka penyesalan lah yang akan muncul dikemudian hari. Untuk itulah pendidikan pesantren menjadi opsi paling masuk akal dalam rangka membentengi generasi muda dari derasnya gempuran akhlaq dari kaum pemuja dunia. Paparan virus digital tidak akan bisa masuk ke lingkungan pesantren, karena penggunaan media eletronik dan digital sangat dibatasi bahkan dilarang termasuk di MBS Trenggalek.
Dua hal diatas setidaknya menjadi faktor utama hancurnya moralitas bangsa ini. Pendidikan umum rasa-rasanya tidak cukup kuat untuk menjadi tameng moral dan aqidah bagi anak-anak remaja. Jika orang tua tidak menyadari hal itu, maka penyesalan lah yang akan muncul dikemudian hari. Untuk itulah pendidikan pesantren menjadi opsi paling masuk akal dalam rangka membentengi generasi muda dari derasnya gempuran akhlaq dari kaum pemuja dunia. Paparan virus digital tidak akan bisa masuk ke lingkungan pesantren, karena penggunaan media eletronik dan digital sangat dibatasi bahkan dilarang termasuk di MBS Trenggalek.
Insya Allah kehadiran
MBS Trenggalek akan menjadi alternatif solusi bagi para orang tua yang
menginginkan pendidikan paket lengkap. MBS akan menggembleng para santri dengan sistem pendidikan komprehensif, pendidikan yang mengajarkan kemandirian,
pendalaman ilmu agama, pembentukan adab dan etika serta penajaman wawasan
pengetahuan global.
COMMENTS